SIMALUNGUN, metro24jam.com – Pandemi virus Sars n-Cov-2 (Covid-19), berdampak luar biasa di berbagai bidang usaha, tak terkecuali pada bisnis spa dan massage. Sejumlah pengelola usaha spa dan massage bahkan harus metutup bisnis mereka dan bahkan merumahkan para terapisnya.
Hingga saat ini, pemerintah belum mengizinkan bisnis spa dan massage beroperasi sebagaimana sebelum pandemi, menunggu evaluasi lebih lanjut.
Pasalnya, lokasi spa dan massage merupakan akitivitas bisnis yang paling banyak membutuhkan kontak fisik. Hal itu, tentu menjadi ancaman dalam penyebaran virus Covid-19.
“Ada evaluasi untuk pembukaan klinik perawatan kesehatan dan tempat spa dan massage serta lain-lain dengan protokol kesehatan ketat,” kata seorang warga ditemui di seputaran Komplek Ruko Griya, Jalan Asahan KM 1, Nagori Siantar Estate, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Sabtu (23/1/2021).
Meski begitu, sejumlah pebisnis tetap mampu bertahan dengan ide dan kreatifitas mereka. Seperti di Komplek Ruko Griya, Nagori Siantar Estate, saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala, beberpa usaha spa dan massage dibolehkan dibuka.
“Beberapa tempat seperti komplek ruko Griya Jalan Asahan Spa & Message dibolehkan dibuka saat transisi dan masa kebiasaan baru. Padahal spa dan massage ini bisnis yang paling banyak melakukan kontak fisik, karena pelayanannya tidak bisa berjarak,” kata seorang warga Kecamatan Siantar, Sabtu (23/1/2021) siang.
Ia menjelaskan, bisnis spa dan massage memang memiliki sejarah dan filosofi tinggi sebagai perawatan kesehatan pada masa lalu. Namun, sambil menunggu perkembangan pandemi, para pengusaha harusnya memperhatikan kebersihan dan keamanan agar bisa memberikan pelayanan aman dan nyaman kepada pelanggan.
“Protokol kesehatan yang harus disiapkan antara lain, ada wastafel di luar ruangan, hand sanitizer dan pengukuran suhu tubuh. Di bagian depan, mereka menempelkan stiker untuk menunjukkan suhu badan para terapis kalau mereka dalam kondisi sehat,” katanya.
“Selain itu, pengunjung yang akan dilayani diwajibkan memakai masker. Terapis juga melakukan hal serupa, menggunakan masker kain berlapis, kemudian disediakan baju pelindung sekali pakai.
“Tapi, yang saya amati, sejumlah terapis muda malah mengenakan gaun mini,” katanya.
Sementara itu, seorang terapis yang ditemui Metro24jam.com, mengaku benar-benar tidak tahu harus bagaimana melanjutkan hidup, jika spa dan massage tempat dia bekerja tidak lagi beroperasi.
“Jika benar-benar dirumahkan, belum ada kepikiran mau berbuat apa,” katanya Sabtu (23/1/2021).
Perempuan muda yang mengaku sudah memiliki seorang buah hati tersebut mengatakan, protokol kesehatan juga diterapkan dan mereka harus menjaga jarak.
“Di terapis area, diterapkan protokol kesehatan. Semua tamu pun diminta mandi lebih dulu, Tapi gimana? Tetap saja,” sebutnya sembari tertawa kecil.
Ia juga mengatakan, banyak usaha yang sudah lakukan agar terapis tetap mendapat pemasukan. “Tapi tamu dari luar kota tetap singgah,” katanya, tanpa memberi penjelasan lebih rinci.
Untuk diketahui, di Komplek Ruko Griya, Jalan Asahan KM 1, Siantar Estate, ada 6 lokasi spa & massege. Dua di antaranya harus tutup sementara dan telah merumahkan para terapisnya.
Spa dan Massege memang memiliki hubungan erat pariwisata dan saling membutuhkan. Wisatawan tentunya butuh relaksasi untuk menghilangkan penat. Di sisi lain, pengusaha spa membutuhkan wisatawan untuk terus berkembang.
Namun sayang, sejumlah kegiatan spa dan massage diterpa isu miring, karena sering kali dikaitkan dengan prostitusi terselubung.